Indonesia merupakan salah satu negara dengan jumlah startup
terbanyak di dunia. Startup adalah istilah yang
diberikan untuk perusahaan rintisan berbasis teknologi. Berdasarkan data website startup ranking per 21 Maret 2019, Indonesia memiliki startup
sebanyak 2.074 perusahaan. Angka tersebut mencatatkan Indonesia sebagai
peringkat kelima negara dengan startup
terbanyak dibawah Amerika Serikat (46.600 startup),
India (6.200 startup), Inggris (4.900
startup), dan Kanada (2.500 startup).
Meskipun jumlah startup
yang berasal dari Indonesia cukup banyak, sayangnya belum banyak startup yang berhasil mencapai status “unicorn”. Unicorn merupakan status yang didapat sebuah perusahaan startup ketika memiliki nilai valuasi
sebesar 1 Milliar US Dollar.
Berdasarkan data yang dilansir oleh Katadata, hingga 18
Januari 2019, baru ada 4 perusahaan startup
di Indonesia yang mencapai level unicorn.
Keempatnya yakni Tokopedia dengan nilai valuasi sebesar 7 Milliar US Dollar,
Go-Jek dengan valuasi 5 Milliar US Dollar, Traveloka sebesar 2 Milliar Dollar
dan Bukalapak dengan valuasi sebesar 1 Milliar US Dollar. Hal ini tentu menjadi
sinyal positif bagi para pegiat startup
di Indonesia karena berpotensi untuk melahirkan Unicorn baru yang bisa menjadi perusahaan besar dunia
Potensi Besar dan
Problematika Startup Unicorn
Besarnya potensi yang dimiliki startup Indonesia dibuktikan oleh masuknya 4 startup kedalam jajaran startup
unicorn dunia. Meskipun demikian, ada
permasalahan yang mengganjal ribuan startup
asal Indonesia lainnya untuk mencapai nilai valuasi hingga 1 Milliar US Dollar.
Masalah tersebut adalah permodalan.
Berdasarkan survei yang dilakukan oleh Badan Ekonomi
Kreatif (BEKRAF) dan Indonesia Digital
Creative Industry Community (MIKTI), masalah permodalan masih menjadi
masalah utama yang dialami oleh 38,82% startup
di Indonesia. Persentase tersebut disusul oleh masalah Sumber Daya Manusia
(SDM) sebesar 29,41%, Fasilitas 15%, Regulasi 8,82% dan Pasar sebesar 7,95%.
Masalah ini bisa mengganjal potensi risiko ribuan startup di Indonesia untuk menyusul nilai valuasi 4 startup Indonesia yang telah mencapai
level unicorn.
Risiko yang
Dihadapi
Dibalik potensi besar yang dimiliki startup Indonesia, risiko besar juga menanti perusahaan-perusahaan
berbasis digital tersebut. Salah satu risiko terbesar yang dihadapi adalah risiko cyber. Berdasarkan
laporan Badan Siber dan Sandi Negara (BSSN), sebanyak 225,9 juta serangan cyber menyerang Indonesia dan 40%
diantaranya adalah serangan malware.
Kondisi ini perlu menjadi perhatian para pegiat startup di Indonesia mengingat serangan cyber bisa melumpuhkan bisnis yang dijalankannya.
Tindakan
perlindungan yang efektif terhadap risiko cyber adalah memiliki polis Asuransi
Cyber - dari yang memberikan manfaat perlindungan atas Cyber Business
Interruption (Gangguan Bisnis Dunia Maya), Repair of Reputation (Perbaikan
Reputasi), Cyber Extortion (Pemerasan Siber), Data Asset Restoration (Pemulihan
Aset Data) hingga Data Liability (Tanggung Gugat Data) dan Defense Costs
(Biaya-biaya Pembelaan).
Anda
bisa memilih jenis Asuransi Cyber yang tepat dengan menggunakan bantuan
perusahaan konsultan manajemen risiko dan broker asuransi, misalnya Marsh
Indonesia. Tim di Marsh memiliki pengalaman dalam menilai dan melakukan analisa
untuk meminimalisir risiko kerusakan dan kerugian perusahaan jika terkena
serangan cyber dan penyusupan data, memberikan metode pencegahan dan
penanggulangan, serta simulasi skenario terburuk. Jasa dan solusi yang dapat
diberikan diantaranya adalah Cyber Insurance, Cyber Risk Modelling dan Cyber
Risk Complication, dan Cyber Security Services. Sehingga, perusahaan Anda bisa
lebih fokus untuk mencapai status unicorn
tanpa perlu khawatir dengan risiko cyber yang
ada.
No comments:
Post a Comment